Kamis, 04 September 2014

chapter 1 part 3

Hayi segera keluar kamarnya. ‘huh… aku bisa!’ batin Hayi, menguatkan diri. Lalu menutup pintunya. Jalan pelan menuju ujung koridornya. Tak lama kemudian Bom datang menjemput dirinya. “annyeong Baby Hayi! Gimana? Udah siap ketemu sama sepupu-sepupu kamu yang lain? Tuh! Udah kedengeran kan kalo mereka udah pada pulang. Yuk!” kata Bom. Hayi hanya tersenyum ragu. “jangan takut sayang. Mereka ngga gigit ko. Kamu bakal suka sama mereka. Begitupun mereka bakal suka sama kamuuuu” Bom gemas melihat Hayi yang terlihat agak nervous.

Mereka berjalan menuju ruang keluarga. Berjalan, lalu menuruni tangga dan berjalan lagi. Suasananya sangat ramai. Sangat, sangat, ramai. ‘apa yang akan terjadi setelah ini?’ batin Hayi.

“annyeong, semuanya!” sapa Bom setengah berteriak. Setelah itu semuanya langsung melihat ke arah Bom. “annyeong, Bom!” sapa semuanya bersama-sama. Disana juga ada kakek Yang.

Seketika semuanya melihat Hayi. Hayi semakin gugup. Detak jantungnya tak beraturan. ‘aduh… harus apa ini? Aku gugup…’ batin Hayi sembari menundukan kepalanya. “nah semuanya, kenalannya nanti dulu ya! Sekarang kita makan dulu. Kakek yakin kalian pasti laper, kan? Yuk!” kata kakek mengalihkan. Kakek Yang mendekati Hayi, “Hayi, ngga usah takut ya,” kata kakek Yang meyakinkan Hayi. “Hayi duduk sebelah aku ya,” kata Bom mengajak Hayi, sambil menarik tangannya supaya segera menuju ruang makan.

Suasana makan sangat hening. Mereka semua sangat menikmati makannya. Hayi tenggelam dalam perasaannyaa. Dia pun tak nafsu makan. Hanya beberapa suap yang berhasil masuk ke dalam mulutnya. Bom yang menyadari hal itu khawatir. Sesekali berbisik pada Hayi, “kamu gapapa, kan?” dan Hayi hanya mengangguk. Bom tambah khawatir, “makan beberapa suap lagi, ya? Biar kamu ngga masuk angin. Oke?” dan Hayi sekali lagi hanya mengangguk. Entah akan makan beberapa suap lagi atau tidak. Secara tidak langsung, bukan hanya Bom saja yang menyadari keadaan Hayi yang seperti itu. Yang lainnya pun juga. Termasuk kakek Yang.

Setelah makan malam selesai. Mereka kumpul di ruang keluarga. Seperti janji kakek Yang, Hayi akan memperkenalkan dirinya pada sepupu-sepupunya dan begitu sebaliknya. Setelah semua duduk pada posisi ternyamannya, sesi perkenalan pun dimulai oleh kakek Yang.

“sebagaimana yang kalian ketahui, bahwa beberapa hari yang lalu kakek sudah katakan. Bahwa hari ini akan ada saudara baru. Setelah beberapa tahun mencari, akhirnya ketemu juga. Pada akhirnya kakek sangat lega. Oke Hayi, ayo sini berdiri di sebelah kakek. Perkenalkan diri kamu,” kata kakek Yang sambil tersenyum ramah.

Sangat berat untuk berdiri dari posisi duduknya. Bukan karena sudah nyaman dengan posisinya, tapi sangat tidak kuat untuk menghadapi puluhan mata menatapnya secara bersamaan. Posisi duduknya di sebelah Bom. Perlahan Hayi mulai berdiri. Pelan tapi pasti dia berjalan menuju kakek Yang. ‘apa yang akan mereka pikirkan tentang aku?’ batin Hayi.

Ketika Hayi berada di sebelah kakek Yang, kakek merangkul Hayi. Membuat Hayi sangat terkejut, namun di sisi lain seperti ada yang menguatkan Hayi. “ayo Hayi, perkenalkan dirimu…” kata kakek Yang memulai.

“a-a-annyeong haseyo…”sapa Hayi sembari membungkukkan badannya memberi hormat. “Lee Hi imnida. Panggil aja aku Hayi…” dengan bibir bergetar dia akhirnya menyudahi perkenalannya. Dengan maksud agar cepat duduk kembali di tempat duduknya semula.

“annyeong Hayi! Nice too meet you!” sapa semuanya bersamaan. Hayi hanya senyum sambil membungkuk. “eh guys, aku manggil dia Baby Hayi! Coba deh liat mukanya. Cute banget, kan? Hihi,” kata Bom ingin mencairkan suasana. “ya! Bom eonnie! But I am baby too! Inget, kan? Kalo aku Baby Panda,” kata seorang laki-laki yang mengaku bernama Baby Panda. “but Hayi more cute than you. Chuuu. Hahahaha,” dan semuanya tertawa bersama. Suasana semakin ramai.

Hayi akan segera pergi ke tempat duduknya tapi dicegah oleh kakek Yang. “nah Hayi, coba kamu duduk di kursi ini. Lalu cerita kan kepada kami, apa yang terjadi hari ini padamu? Kita semua ingin tahu,”. Kursi untuk satu orang yang ditunjuk kakek Yang berada di tengah ruang keluarga dan seluruh sepupu-sepupunya mengelilinginya. Hayi pun duduk di kursi itu. Hayi merasa kakinya sudah tidak kuat menopang badannya.

Namun Hayi hanya diam seribu bahasa selama 2 menit. Semua sepupu-sepupunya sangat bingung. Takut terjadi sesuatu pada Hayi. Begitu juga Bom. ‘tadi siang, Hayi ngga kaya gini deh. Dia sangat ceria. Kenapa sekarang…’ batin Bom. Kakek Yang mengerti situasi ini. Jadi kakek Yang ingin membuat ini semua lebih mudah.

“gini aja, kakek nanya ke Hayi. Hayi jawab, ya?” Tanya kakek Yang dan Hayi hanya mengangguk ragu. Kakek Yang pun menghela nafas.

“tadi setelah dianter Bom ke kamar, Hayi ngapain?” pertanyaan kakek Yang pun sudah dikeluarkan. “membereskan barang-barang aku, kek…” singkat Hayi. “terus?” kakek Yang tidak puas dengan jawaban Hayi. “habis itu aku istirahat sebentar di balkon kamar…” lagi-lagi Hayi menjawabnya sangat singkat. “setelah itu?” kakek Yang berusaha untuk membuat Hayi cerita lebih panjang lagi. “aku dan Bom eonnie keliling-keliling rumah dan pekarangan…” dan lagi Hayi menjawab singkat. “kemudian?” kakek Yang berusaha lebih keras lagi membuat Hayi bercerita. “aku dianter Bom eonnie ke kamar. Setelah itu mandi, dan makan malam…” dan Hayi selalu menjawab singkat. “lalu?” Kakek Yang pun tidak ingin menyerah.

“jadi gini guys! Tadi aku lagi di ruang keluarga baca majalah. Sekitar jam satuan kakek Yang dateng bersama Hayi. Setelah itu kakek Yang nyuruh aku buat nganter Hayi ke kamarnya, soalnya kakek Yang harus balik ke kantor. Setelah sampai kamar, Hayi suka banget sama kamarnya. Dia berterima kasih buat GD, CL, Dara, aku dan Minzy udah ngebuat kamarnya bagus. Nah setelah itu aku balik ke ruang keluarga buat baca majalah lagi, dan Hayi beresin barang-barangnya. Setelah 2 jam Hayi SMS aku, sebelumnya kita sempet tukeran nomer handphone. Kata Hayi, Hayi siap buat tour keliling-keliling rumah. Pertama kita ke perpustakaan. Kayanya Hayi seneng deh ngeliat koleksi perpustakaan yang lengkap banget. Di perpustakaan ketemu Taeyang yang lagi baca buku. Taeyang dan Hayi kenalan, jadi mereka udah kenal satu sama lain. Setelah dari perpustakaan, kita liat studio-nya GD. Lalu kita ke studio music, disana ketemu Tablo oppa. Tablo oppa dan Hayi juga udah kenal satu sama lain. Kemudian kita berdua ke ruangan music, dance studio, gym, lapangan basket indoor, lapangan futsal indoor, salon pribadi, spa & sauna, dan theatre mini. Gara-gara kelelahan keliling-keliling rumah, kita mampir ke dapur buat minum jus jeruk. Setelah itu Hayi excited banget buat liat pekarangan rumah. Dia suka banget sama pekarangannya. Setelah itu aku anter Hayi balik ke kamarnya buat mandi. Setelah kita berdua siap, aku jemput di ujung koridor buat sama-sama ke ruang keluarga. Gituuuuu ceritanyaaaa…” Bom membantu Hayi bercerita. Hayi terkejut ketika Bom membantunya bercerita. ‘eonnie, kamsahamnida. Terima kasih udah bantu aku… eonnie baik banget…’ batin Hayi dengan mata yang berkaca-kaca.

“wah Hayi udah keliling-keliling rumah ini ternyata. Semoga Hayi betah ya disini…” kata kakek Yang sambil mengelus-elus kepala Hayi. “Hayi, kalo ada apa-apa hubungi aku, yaaaa. Aku Minzy. Kita deketan kamarnyaaa…” kata Minzy sembari tersenyum ramah pada Hayi. Hayi hanya menganggukkan kepalanya sembari tersenyum tipis. “Hayi, jangan sungkan sama kita. Kita kan keluarga. Keluarga itu saling mengenal, saling menjaga, saling menyayangi, saling membimbing, saling support satu sama lain…” kata Dara sembari tersenyum ramah pada Hayi. Lagi-lagi Hayi hanya menganggukkan kepalanya sembari tersenyum tipis.

Tiba-tiba suasana hening. Mata mereka semua tertuju pada Hayi, bingung, khawatir dengan keadaan Hayi yang seperti itu. “yasudah kalau begitu. Hayi, kamu bisa balik ke tempat dudukmu semula,” kata kakek Yang sambil mengelus-elus kepala Hayi. Hayi melengos berjalan menuju posisi duduknya semula. Tetap menundukkan kepalanya. Bom heran dan terus memandangi Hayi.

“kamu kenapa Hayi?” bisik Bom. “aniyo, eonnie. Aku gapapa…” jawab Hayi berbisik. “serius kamu? Kamu ngomong aja ke aku, jangan sungkan…” Tanya Bom sekali lagi berbisik. “aniyo, eonnie. Aku gapapa ko…” Hayi mencoba meyakinkan Bom. Bom hanya membalas Hayi dengan pelukan hangat. Membuat Hayi terkejut. ‘ini ya? Rasanya dipeluk kaka?’ batin Hayi dengan mata yang berkaca. “jangan khawatir. Aku dan semuanya akan menjaga kamu, menyayangi kamu, membimbing kamu, support kamu. Kita semua ada buat kamu. Jangan takut yaaaa…” bisik Bom sembari memeluk Hayi, dan Hayi mulai menangis. Hayi menyeka air matanya, berusaha sekeras tenaga agar tidak ketahuan bahwa dia menangis. Bom melepaskan pelukannya. “terima kasih sebanyak-banyaknya buat eonnie. Eonnie baik banget sama aku…” kata Hayi berbisik. “that’s what family are for,” kata Bom sembari mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum.

Ternyata semua penghuni ruangan itu melihat kejadian dimana Bom memeluk Hayi. “ya Minzy… aku mau nangis ngeliatnya…” bisik Dara pada Minzy sembari memeluk Minzy. Minzy duduk di sebelah Bom. Posisi duduk Bom berada ditengah Hayi dan Minzy. “ya Taeyang. Tadi Hayi ngga begitu kan tadi siang?” Tanya Tablo. “ngga, hyung. Kangen sama keluarganya kali. Home sick.” Jawab Taeyang santai. “hyung, tadi hyung liat Hayi ngga kaya gini?” Tanya Daesung ke Tablo dan Taeyang. Taeyang hanya menggelengkan kepala. “tadi mau ngambil kertas lirik di kamar, sempet liat Hayi di dapur sama Bom. Hayi ngga kaya gini. Bahkan senyum…” jawab Tablo.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar