Mereka
berjalan menuju ruang keluarga. Berjalan, lalu menuruni tangga dan berjalan
lagi. Suasananya sangat ramai. Sangat, sangat, ramai. ‘apa yang akan terjadi
setelah ini?’ batin Hayi.
“annyeong,
semuanya!” sapa Bom setengah berteriak. Setelah itu semuanya langsung melihat
ke arah Bom. “annyeong, Bom!” sapa semuanya bersama-sama. Disana juga ada kakek
Yang.
Seketika
semuanya melihat Hayi. Hayi semakin gugup. Detak jantungnya tak beraturan.
‘aduh… harus apa ini? Aku gugup…’ batin Hayi sembari menundukan kepalanya. “nah
semuanya, kenalannya nanti dulu ya! Sekarang kita makan dulu. Kakek yakin
kalian pasti laper, kan? Yuk!” kata kakek mengalihkan. Kakek Yang mendekati
Hayi, “Hayi, ngga usah takut ya,” kata kakek Yang meyakinkan Hayi. “Hayi duduk
sebelah aku ya,” kata Bom mengajak Hayi, sambil menarik tangannya supaya segera
menuju ruang makan.
Suasana
makan sangat hening. Mereka semua sangat menikmati makannya. Hayi tenggelam
dalam perasaannyaa. Dia pun tak nafsu makan. Hanya beberapa suap yang berhasil
masuk ke dalam mulutnya. Bom yang menyadari hal itu khawatir. Sesekali berbisik
pada Hayi, “kamu gapapa, kan?” dan Hayi hanya mengangguk. Bom tambah khawatir,
“makan beberapa suap lagi, ya? Biar kamu ngga masuk angin. Oke?” dan Hayi
sekali lagi hanya mengangguk. Entah akan makan beberapa suap lagi atau tidak.
Secara tidak langsung, bukan hanya Bom saja yang menyadari keadaan Hayi yang
seperti itu. Yang lainnya pun juga. Termasuk kakek Yang.
Setelah
makan malam selesai. Mereka kumpul di ruang keluarga. Seperti janji kakek Yang,
Hayi akan memperkenalkan dirinya pada sepupu-sepupunya dan begitu sebaliknya.
Setelah semua duduk pada posisi ternyamannya, sesi perkenalan pun dimulai oleh
kakek Yang.
“sebagaimana
yang kalian ketahui, bahwa beberapa hari yang lalu kakek sudah katakan. Bahwa
hari ini akan ada saudara baru. Setelah beberapa tahun mencari, akhirnya ketemu
juga. Pada akhirnya kakek sangat lega. Oke Hayi, ayo sini berdiri di sebelah
kakek. Perkenalkan diri kamu,” kata kakek Yang sambil tersenyum ramah.
Sangat
berat untuk berdiri dari posisi duduknya. Bukan karena sudah nyaman dengan
posisinya, tapi sangat tidak kuat untuk menghadapi puluhan mata menatapnya
secara bersamaan. Posisi duduknya di sebelah Bom. Perlahan Hayi mulai berdiri.
Pelan tapi pasti dia berjalan menuju kakek Yang. ‘apa yang akan mereka pikirkan
tentang aku?’ batin Hayi.
Ketika Hayi
berada di sebelah kakek Yang, kakek merangkul Hayi. Membuat Hayi sangat
terkejut, namun di sisi lain seperti ada yang menguatkan Hayi. “ayo Hayi,
perkenalkan dirimu…” kata kakek Yang memulai.
“a-a-annyeong
haseyo…”sapa Hayi sembari membungkukkan badannya memberi hormat. “Lee Hi
imnida. Panggil aja aku Hayi…” dengan bibir bergetar dia akhirnya menyudahi
perkenalannya. Dengan maksud agar cepat duduk kembali di tempat duduknya
semula.
“annyeong
Hayi! Nice too meet you!” sapa semuanya bersamaan. Hayi hanya senyum sambil
membungkuk. “eh guys, aku manggil dia Baby Hayi! Coba deh liat mukanya. Cute
banget, kan? Hihi,” kata Bom ingin mencairkan suasana. “ya! Bom eonnie! But I
am baby too! Inget, kan? Kalo aku Baby Panda,” kata seorang laki-laki yang
mengaku bernama Baby Panda. “but Hayi more cute than you. Chuuu. Hahahaha,” dan
semuanya tertawa bersama. Suasana semakin ramai.
Hayi akan
segera pergi ke tempat duduknya tapi dicegah oleh kakek Yang. “nah Hayi, coba
kamu duduk di kursi ini. Lalu cerita kan kepada kami, apa yang terjadi hari ini
padamu? Kita semua ingin tahu,”. Kursi untuk satu orang yang ditunjuk kakek
Yang berada di tengah ruang keluarga dan seluruh sepupu-sepupunya
mengelilinginya. Hayi pun duduk di kursi itu. Hayi merasa kakinya sudah tidak
kuat menopang badannya.
Namun Hayi
hanya diam seribu bahasa selama 2 menit. Semua sepupu-sepupunya sangat bingung.
Takut terjadi sesuatu pada Hayi. Begitu juga Bom. ‘tadi siang, Hayi ngga kaya
gini deh. Dia sangat ceria. Kenapa sekarang…’ batin Bom. Kakek Yang mengerti
situasi ini. Jadi kakek Yang ingin membuat ini semua lebih mudah.
“gini aja,
kakek nanya ke Hayi. Hayi jawab, ya?” Tanya kakek Yang dan Hayi hanya
mengangguk ragu. Kakek Yang pun menghela nafas.
“tadi
setelah dianter Bom ke kamar, Hayi ngapain?” pertanyaan kakek Yang pun sudah
dikeluarkan. “membereskan barang-barang aku, kek…” singkat Hayi. “terus?” kakek
Yang tidak puas dengan jawaban Hayi. “habis itu aku istirahat sebentar di
balkon kamar…” lagi-lagi Hayi menjawabnya sangat singkat. “setelah itu?” kakek
Yang berusaha untuk membuat Hayi cerita lebih panjang lagi. “aku dan Bom eonnie
keliling-keliling rumah dan pekarangan…” dan lagi Hayi menjawab singkat.
“kemudian?” kakek Yang berusaha lebih keras lagi membuat Hayi bercerita. “aku
dianter Bom eonnie ke kamar. Setelah itu mandi, dan makan malam…” dan Hayi
selalu menjawab singkat. “lalu?” Kakek Yang pun tidak ingin menyerah.
“jadi gini
guys! Tadi aku lagi di ruang keluarga baca majalah. Sekitar jam satuan kakek
Yang dateng bersama Hayi. Setelah itu kakek Yang nyuruh aku buat nganter Hayi
ke kamarnya, soalnya kakek Yang harus balik ke kantor. Setelah sampai kamar,
Hayi suka banget sama kamarnya. Dia berterima kasih buat GD, CL, Dara, aku dan
Minzy udah ngebuat kamarnya bagus. Nah setelah itu aku balik ke ruang keluarga
buat baca majalah lagi, dan Hayi beresin barang-barangnya. Setelah 2 jam Hayi
SMS aku, sebelumnya kita sempet tukeran nomer handphone. Kata Hayi, Hayi siap
buat tour keliling-keliling rumah. Pertama kita ke perpustakaan. Kayanya Hayi
seneng deh ngeliat koleksi perpustakaan yang lengkap banget. Di perpustakaan
ketemu Taeyang yang lagi baca buku. Taeyang dan Hayi kenalan, jadi mereka udah
kenal satu sama lain. Setelah dari perpustakaan, kita liat studio-nya GD. Lalu
kita ke studio music, disana ketemu Tablo oppa. Tablo oppa dan Hayi juga udah
kenal satu sama lain. Kemudian kita berdua ke ruangan music, dance studio, gym,
lapangan basket indoor, lapangan futsal indoor, salon pribadi, spa & sauna,
dan theatre mini. Gara-gara kelelahan keliling-keliling rumah, kita mampir ke
dapur buat minum jus jeruk. Setelah itu Hayi excited banget buat liat
pekarangan rumah. Dia suka banget sama pekarangannya. Setelah itu aku anter
Hayi balik ke kamarnya buat mandi. Setelah kita berdua siap, aku jemput di
ujung koridor buat sama-sama ke ruang keluarga. Gituuuuu ceritanyaaaa…” Bom
membantu Hayi bercerita. Hayi terkejut ketika Bom membantunya bercerita.
‘eonnie, kamsahamnida. Terima kasih udah bantu aku… eonnie baik banget…’ batin
Hayi dengan mata yang berkaca-kaca.
“wah Hayi
udah keliling-keliling rumah ini ternyata. Semoga Hayi betah ya disini…” kata
kakek Yang sambil mengelus-elus kepala Hayi. “Hayi, kalo ada apa-apa hubungi
aku, yaaaa. Aku Minzy. Kita deketan kamarnyaaa…” kata Minzy sembari tersenyum
ramah pada Hayi. Hayi hanya menganggukkan kepalanya sembari tersenyum tipis.
“Hayi, jangan sungkan sama kita. Kita kan keluarga. Keluarga itu saling
mengenal, saling menjaga, saling menyayangi, saling membimbing, saling support
satu sama lain…” kata Dara sembari tersenyum ramah pada Hayi. Lagi-lagi Hayi
hanya menganggukkan kepalanya sembari tersenyum tipis.
Tiba-tiba
suasana hening. Mata mereka semua tertuju pada Hayi, bingung, khawatir dengan
keadaan Hayi yang seperti itu. “yasudah kalau begitu. Hayi, kamu bisa balik ke
tempat dudukmu semula,” kata kakek Yang sambil mengelus-elus kepala Hayi. Hayi
melengos berjalan menuju posisi duduknya semula. Tetap menundukkan kepalanya.
Bom heran dan terus memandangi Hayi.
“kamu
kenapa Hayi?” bisik Bom. “aniyo, eonnie. Aku gapapa…” jawab Hayi berbisik.
“serius kamu? Kamu ngomong aja ke aku, jangan sungkan…” Tanya Bom sekali lagi
berbisik. “aniyo, eonnie. Aku gapapa ko…” Hayi mencoba meyakinkan Bom. Bom
hanya membalas Hayi dengan pelukan hangat. Membuat Hayi terkejut. ‘ini ya?
Rasanya dipeluk kaka?’ batin Hayi dengan mata yang berkaca. “jangan khawatir.
Aku dan semuanya akan menjaga kamu, menyayangi kamu, membimbing kamu, support kamu.
Kita semua ada buat kamu. Jangan takut yaaaa…” bisik Bom sembari memeluk Hayi,
dan Hayi mulai menangis. Hayi menyeka air matanya, berusaha sekeras tenaga agar
tidak ketahuan bahwa dia menangis. Bom melepaskan pelukannya. “terima kasih sebanyak-banyaknya
buat eonnie. Eonnie baik banget sama aku…” kata Hayi berbisik. “that’s what
family are for,” kata Bom sembari mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum.
Ternyata
semua penghuni ruangan itu melihat kejadian dimana Bom memeluk Hayi. “ya Minzy…
aku mau nangis ngeliatnya…” bisik Dara pada Minzy sembari memeluk Minzy. Minzy
duduk di sebelah Bom. Posisi duduk Bom berada ditengah Hayi dan Minzy. “ya
Taeyang. Tadi Hayi ngga begitu kan tadi siang?” Tanya Tablo. “ngga, hyung.
Kangen sama keluarganya kali. Home sick.” Jawab Taeyang santai. “hyung, tadi
hyung liat Hayi ngga kaya gini?” Tanya Daesung ke Tablo dan Taeyang. Taeyang
hanya menggelengkan kepala. “tadi mau ngambil kertas lirik di kamar, sempet
liat Hayi di dapur sama Bom. Hayi ngga kaya gini. Bahkan senyum…” jawab Tablo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar