Hari ini
hari dimana Lee Hi dijemput oleh kakek Yang. Dia tampak bingung dengan apa yang
terjadi. Lee hi tidak tahu sama sekali apa yang terjadi. Dia tidak mau jauh
dari orang tuanya dan sempat menganggap bahwa orang yang katanya adalah “kakeknya”
orang yang jahat yang mau memisahkannya dengan orang tuanya. “hayi, kakekmu
bermaksud baik. Ikut ya sama kakek? Kakekmu ngebolehin kamu buat mengunjungi
kita ko. Jangan khawatir, ya. Kamu kan bisa telfon kita setiap hari, atau hanya
sekedar SMS. Oh! Atau skype? Sekarangkan udah canggih. Ya?” bujuk ayahnya.
“tapi aku
ngga mau jauh dari kalian. Kalo aku sendirian gimana? Aku ngga mau…” Lee Hi
menolak dan merengut.
“kan disana
raaaaameeeeee bangeeet. Percaya deh sama mama. Disana banyak sepupu-sepupu
kamu. Kamu tau GD? Ituloh fashion designer terkenal. Oh atau CL? Model
professional. Daesung? Bom? Mereka penyanyi terkenal. Taeyang? Minzy? Mereka
dancer hebat. TOP? Actor muda yang udah dapet banyak award. Kamu tau mereka,
kan? Mereka sepupu-sepupu kamu,” ibunya Lee Hi pun ikut membujuk Lee Hi, namun,
Lee Hi hanya menggelengkan kepalanya. “aku ngga tau mereka semua, ma...”
“hayi,
mereka semua itu orang-orang hebat dan masih ada sepupu-sepupu kamu yang lain
yang hebat-hebat kaya Tablo, Dara, Seungri. Mereka bertiga orang dibalik layar
yang sangat hebat. Mereka semua, sepupu-sepupu kamu akan ngebimbing kamu. Kamu
suka seni, mereka akan membantu kamu. Percaya deh sama mama. Minzy mahasiswi
seni looooh. Kamu bisa nanya banyak hal sama dia. Mereka semua akan support
kamu dan membimbing kamu,” bujuk ibunya Lee Hi dengan sabar.
“tapi aku
takut, ma. Memangnya mama nanti ngga kesepian ngga ada aku? Kenapa mama ngga
ikut aja ma?” Lee Hi masih saja menolak.
“kan ada
ayah. Mama ngga kesepian ko. Percaya deh sama mama. Masa iya mama ikut, sayang?
Kakek Yang mau membimbing cucu-cucunya bukan menantunya hehe. Percaya ya sama
mama dan ayah?” bujuk ibunya Lee Hi untuk kesekian kalinya. Lee Hi tetap saja
tidak mau.
“hayi
sayang, kasian itu kakek Yang udah nungguin kamu selama 3 jam. Mau ya ikut
kakek Yang? Kakek Yang bilang, kakek udah nyariin kamu udah bertahun-tahun.
Masa pas udah ketemu kamunya ngga mau?” Lee Hi menundukkan kepalanya, dan mulai
menangis. “gimana kalo kamu ikut kakek Yang demi ayah dan mama? Kamu mau kan ngeliat
ayah sama mama seneng? Ngga mau liat ayah sama mama sedih, kan?” Lee Hi
menggelengkan kepalanya, pertanda dia tidak mau melihat ayah dan ibunya sedih.
“jadi, kamu
setuju untuk ikut kakek, kan?” kini ayah Lee Hi meyakinkan Lee Hi. “hayi, kakek
ngebolehin kamu buat mengunjungi ayah dan ibu kamu. Jangan khawatir. Ikut
kakek, ya? Jangan takut. Sepupu-sepupu kamu baik. Mereka akan menjadi keluarga
kamu sekaligus teman buat kamu,” kali ini kakek Yang ikut bersuara. Lee Hi
memandangi kakek Yang yang sedang tersenyum ramah kepadanya.
***
“Selamat
datang di rumah keluarga Yang, Lee Hi.” Kata kakek Yang ketika sesampainya di
rumah kakek. “ayo, masuk!” ajak kakek Yang. Lee Hi hanya tersenyum sembari
memeluk tas gendongnya.
“Annyeong,
Bom!” sapa kakek ke Bom, cucunya yang sedang berada di ruang keluarga membaca
majalah. “annyeong, kek!” jawab Bom sembari berlari kecil menuju kakek Yang.
“Bom,
kenalin ini Lee Hi. Yang waktu itu kakek certain ke kalian,” kakek Yang
memperkenalkan Bom kepada Lee Hi. “Annyeong haseyo, hayi! Bom imnida, you can
call me Bom eonnie. Seneng deh ada sepupu baru. Hihi,” Bom menyapa Lee Hi.
“annyeong haseyo, eonnie… Hayi imnida…” sapa Lee Hi dengan senyuman seadanya.
“Bom,
kamu ngga ada latihan hari ini?” Tanya kakek Yang. “ngga ada, kek…” kata Bom
sembari menggelengkan kepala.
“yang lain
pada kemana?” Tanya kakek Yang. “hmmm… Tablo oppa sama Taeyang lagi di studio,
tadi sih makan siang sama aku. GD, lagi beli barang-barang buat besok. Kan
besok GD mau ke Paris tapi tadi dia makan siang bareng ko. CL ada pemotretan.
Dara sama Seungri baru aja balik lagi ke tempat kerjanya, tadi mereka makan
siang di rumah bareng. Daesung belum balik dari rumah ibunya. TOP oppa ada
syuting. Minzy belum balik ngampus.” Kata Bom mengabsen satu persatu
sepupu-sepupunya.
“tapi,
nanti pada balik kesini, kan? Bom tolong pastiin semuanya pada pulang ya. Kita
makan malem bareng. Sekalian mau ngenalin anggota baru kita, Hayi. Tolong di
telfon atau di SMS semua sepupu-sepupu kamu ya?” kata kakek Yang meminta
tolong. “ne. siap, kek! Kakek sama Hayi udah makan siang?” kata Bom sembari
mengacungkan jempolnya.
“sudah tadi
di rumah Hayi. Oh, iya Bom. Bisa sekalian anterin Hayi kekamarnya? Kakek harus
balik ke kantor.” Tanya kakek Yang sekali lagi. “dengan senang hati. Annyeong,
kek! Hati-hati di jalan!” kata Bom sembari melambai-lambaikan tangannya ke
kakek Yang. Kakek Yang membalas melambaikan tangannya juga.
“ayo, Hayi!
Aku tunjukkin kamar kamu dimana. Eh by the way, kamu 17 tahun?” Tanya Bom
sembari berjalan menuju kamar Hayi. “ne, eonnie…” kata Hayi sembari
menganggukan kepalanya. “jinjja?! Muka kamu tuh ngga kaya umur 17an taaauuuuu.
Kamu imut banget. Eh, aku panggil kamu Baby Hayi, ya? Gapapa, kan? Abisnya kamu
lucu banget hihi,” kata Bom gemas. “ne, eonnie hehe…” kata Hayi sembari mengangguk.
Di
perjalanan menuju kamarnya, Hayi melihat keadaan rumah yang rapi dan bersih.
‘besar sekali rumahnya…’ batin Hayi. Hayi melewati banyak ruangan besar di
perjalanannya. Dia sangat menikmati perjalanannya sembari memeluk tasnya. Pada
akhirnya sampai di kamarnya.
“nah, Hayi.
Ini dia kamar kamu. Kamar yang itu, kamar Minzy adik aku. Kalo ada apa-apa kamu
bisa minta bantuan dia,” kata Bom sembari menunjuk ke arah kamar Minzy. “kamar
aku di koridor sebelah. Di koridor sebelah ada kamar aku, CL, dan Dara. Kamu
boleh ko main-main ke kamar kita. Aku biasanya rumpi-rumpi gitu sama CL, dan
Dara hihi.” Jelas Bom. “yuk, masuk ke kamar kamu.” Kata Bom sembari membuka
pintu kamar Hayi.
Hayi takjub
melihat ruangan yang katanya “kamarnya”. ‘serius ini kamar aku? Besar banget!’
batin Hayi. Dia mendekati tempat tidurnya, menyentuh tempat tidurnya perlahan.
Lalu beranjak ke nakas sebelah tempat tidur yang berhias lampu tidur yang kap
lampunya berwarna crème. Kemudian menuju tempat belajarnya. Meja belajarnya
besar, bisa menaruh semua perlengkapan menggambarnya. Ada pintu yang menarik
perhatiannya. Begitu dibuka, ternyata walking closet yang terhubung langsung
dengan kamar mandinya. Sangat besar dan rapi. Kamarnya didominasi dengan warna
pastel.
“gimana?
Bagus, kan? Yang nge-design furniture-nya GD. Walaupun GD fashion designer,
tapi dia juga bisa loooh nge-design furniture-nya. Yang ngasih ide konsep
kamarnya CL, Dara, aku, Minzy. Kamu suka, kan? Semoga kamu betah yaaaaa,” kata
Bom sembari tersenyum ramah pada Hayi.
“wah!
Kamsahamnida, eonnie! Aku suka kamarnyaaaa,” kata Hayi senang. “hmmm… kamu mau
liat-liat rumah ini ngga? Aku jadi tour guide-nya. Banyak banget ruangan yang
mungkin bakal kamu suka hihi. Oh, apa kamu mau istirahat dulu? Aku sih terserah
kamu aja. Gimana?” Tanya Bom.
“aku
istirahat dulu aja, eonnie. Aku mau bersih-bersih dulu, mau menata
barang-barang aku. Mungkin setelah itu aku mau liat-liat rumah ini. Aku
penasaran hihi,” kata Hayi sembari tersenyum. “ne. yasudah kalo gitu. Istirahat
aja kamu. Mau aku bantu?” Tanya Bom. “ngga usah, eonnie. Aku bisa sendiri ko
hehe,” sanggah Hayi.
“kalo kamu
udah siap buat tour-nya, cari aku di ruang keluarga yaaaa. Eh kamu inget ngga
ruang keluarga dimana?” Tanya Bom, dan Hayi menggeleng. Pertanda Hayi lupa. Memang,
rumahnya besar dan luas sekali. “hmmm, gini aja. Aku kasih nomer aku. Kalo kamu
udah siap, kamu SMS aku aja. Nanti aku jemput di ujung koridor ini. Oke?” Bom memastikan, Hayi hanya mengangguk.
Setelah
bertukar nomer ponsel masing-masing. Bom keluar kamar Hayi dan menuju ruang
keluarga untuk meneruskan membaca majalah-majalahnya. Hayi langsung menata
barang-barangnya. Dari mulai baju yang disusun rapi sesuai warna, sepatu-sepatu
yang disusun rapi (hanya 3 sepatu yang Hayi punya, termasuk yang sedang dipakai),
peralatan menggambarnya, dan tak lupa menaruh bingkai foto yang berisi foto
dirinya bersama ayah dan ibunya. ‘yah, ma, rasanya aku sudah kangen sama
kalian. Kaya udah 10 tahun ngga ketemu…’ batin Hayi sambil mengelus-elus
fotonya.
Setelah
menata semua barang-barangnya selesai, Hayi menuju kamar mandi untuk mencuci
muka. Sampai saat ini Hayi masih belum bisa mempercayai apa yang sudah terjadi
pada dirinya beberapa jam ini. Pergi dengan orang yang baru dikenalnya, tinggal
di rumah yang super besar, bertemu dengan orang-orang baru, punya kamar sebagus
ini. ‘huh…aku mimpi ngga, sih?’ batin Hayi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar