Senin, 23 Juni 2014

chapter 1 part 1

Hari ini hari dimana Lee Hi dijemput oleh kakek Yang. Dia tampak bingung dengan apa yang terjadi. Lee hi tidak tahu sama sekali apa yang terjadi. Dia tidak mau jauh dari orang tuanya dan sempat menganggap bahwa orang yang katanya adalah “kakeknya” orang yang jahat yang mau memisahkannya dengan orang tuanya. “hayi, kakekmu bermaksud baik. Ikut ya sama kakek? Kakekmu ngebolehin kamu buat mengunjungi kita ko. Jangan khawatir, ya. Kamu kan bisa telfon kita setiap hari, atau hanya sekedar SMS. Oh! Atau skype? Sekarangkan udah canggih. Ya?” bujuk  ayahnya.

“tapi aku ngga mau jauh dari kalian. Kalo aku sendirian gimana? Aku ngga mau…” Lee Hi menolak dan merengut.

“kan disana raaaaameeeeee bangeeet. Percaya deh sama mama. Disana banyak sepupu-sepupu kamu. Kamu tau GD? Ituloh fashion designer terkenal. Oh atau CL? Model professional. Daesung? Bom? Mereka penyanyi terkenal. Taeyang? Minzy? Mereka dancer hebat. TOP? Actor muda yang udah dapet banyak award. Kamu tau mereka, kan? Mereka sepupu-sepupu kamu,” ibunya Lee Hi pun ikut membujuk Lee Hi, namun, Lee Hi hanya menggelengkan kepalanya. “aku ngga tau mereka semua, ma...” 

“hayi, mereka semua itu orang-orang hebat dan masih ada sepupu-sepupu kamu yang lain yang hebat-hebat kaya Tablo, Dara, Seungri. Mereka bertiga orang dibalik layar yang sangat hebat. Mereka semua, sepupu-sepupu kamu akan ngebimbing kamu. Kamu suka seni, mereka akan membantu kamu. Percaya deh sama mama. Minzy mahasiswi seni looooh. Kamu bisa nanya banyak hal sama dia. Mereka semua akan support kamu dan membimbing kamu,” bujuk ibunya Lee Hi dengan sabar.

“tapi aku takut, ma. Memangnya mama nanti ngga kesepian ngga ada aku? Kenapa mama ngga ikut aja ma?” Lee Hi masih saja menolak.

“kan ada ayah. Mama ngga kesepian ko. Percaya deh sama mama. Masa iya mama ikut, sayang? Kakek Yang mau membimbing cucu-cucunya bukan menantunya hehe. Percaya ya sama mama dan ayah?” bujuk ibunya Lee Hi untuk kesekian kalinya. Lee Hi tetap saja tidak mau.

“hayi sayang, kasian itu kakek Yang udah nungguin kamu selama 3 jam. Mau ya ikut kakek Yang? Kakek Yang bilang, kakek udah nyariin kamu udah bertahun-tahun. Masa pas udah ketemu kamunya ngga mau?” Lee Hi menundukkan kepalanya, dan mulai menangis. “gimana kalo kamu ikut kakek Yang demi ayah dan mama? Kamu mau kan ngeliat ayah sama mama seneng? Ngga mau liat ayah sama mama sedih, kan?” Lee Hi menggelengkan kepalanya, pertanda dia tidak mau melihat ayah dan ibunya sedih.

“jadi, kamu setuju untuk ikut kakek, kan?” kini ayah Lee Hi meyakinkan Lee Hi. “hayi, kakek ngebolehin kamu buat mengunjungi ayah dan ibu kamu. Jangan khawatir. Ikut kakek, ya? Jangan takut. Sepupu-sepupu kamu baik. Mereka akan menjadi keluarga kamu sekaligus teman buat kamu,” kali ini kakek Yang ikut bersuara. Lee Hi memandangi kakek Yang yang sedang tersenyum ramah kepadanya.
***

“Selamat datang di rumah keluarga Yang, Lee Hi.” Kata kakek Yang ketika sesampainya di rumah kakek. “ayo, masuk!” ajak kakek Yang. Lee Hi hanya tersenyum sembari memeluk tas gendongnya.

“Annyeong, Bom!” sapa kakek ke Bom, cucunya yang sedang berada di ruang keluarga membaca majalah. “annyeong, kek!” jawab Bom sembari berlari kecil menuju kakek Yang.

“Bom, kenalin ini Lee Hi. Yang waktu itu kakek certain ke kalian,” kakek Yang memperkenalkan Bom kepada Lee Hi. “Annyeong haseyo, hayi! Bom imnida, you can call me Bom eonnie. Seneng deh ada sepupu baru. Hihi,” Bom menyapa Lee Hi. “annyeong haseyo, eonnie… Hayi imnida…” sapa Lee Hi dengan senyuman seadanya.

“Bom, kamu ngga ada latihan hari ini?” Tanya kakek Yang. “ngga ada, kek…” kata Bom sembari menggelengkan kepala.

“yang lain pada kemana?” Tanya kakek Yang. “hmmm… Tablo oppa sama Taeyang lagi di studio, tadi sih makan siang sama aku. GD, lagi beli barang-barang buat besok. Kan besok GD mau ke Paris tapi tadi dia makan siang bareng ko. CL ada pemotretan. Dara sama Seungri baru aja balik lagi ke tempat kerjanya, tadi mereka makan siang di rumah bareng. Daesung belum balik dari rumah ibunya. TOP oppa ada syuting. Minzy belum balik ngampus.” Kata Bom mengabsen satu persatu sepupu-sepupunya.

“tapi, nanti pada balik kesini, kan? Bom tolong pastiin semuanya pada pulang ya. Kita makan malem bareng. Sekalian mau ngenalin anggota baru kita, Hayi. Tolong di telfon atau di SMS semua sepupu-sepupu kamu ya?” kata kakek Yang meminta tolong. “ne. siap, kek! Kakek sama Hayi udah makan siang?” kata Bom sembari mengacungkan jempolnya.

“sudah tadi di rumah Hayi. Oh, iya Bom. Bisa sekalian anterin Hayi kekamarnya? Kakek harus balik ke kantor.” Tanya kakek Yang sekali lagi. “dengan senang hati. Annyeong, kek! Hati-hati di jalan!” kata Bom sembari melambai-lambaikan tangannya ke kakek Yang. Kakek Yang membalas melambaikan tangannya juga.

“ayo, Hayi! Aku tunjukkin kamar kamu dimana. Eh by the way, kamu 17 tahun?” Tanya Bom sembari berjalan menuju kamar Hayi. “ne, eonnie…” kata Hayi sembari menganggukan kepalanya. “jinjja?! Muka kamu tuh ngga kaya umur 17an taaauuuuu. Kamu imut banget. Eh, aku panggil kamu Baby Hayi, ya? Gapapa, kan? Abisnya kamu lucu banget hihi,” kata Bom gemas. “ne, eonnie hehe…” kata Hayi sembari mengangguk.

Di perjalanan menuju kamarnya, Hayi melihat keadaan rumah yang rapi dan bersih. ‘besar sekali rumahnya…’ batin Hayi. Hayi melewati banyak ruangan besar di perjalanannya. Dia sangat menikmati perjalanannya sembari memeluk tasnya. Pada akhirnya sampai di kamarnya.

“nah, Hayi. Ini dia kamar kamu. Kamar yang itu, kamar Minzy adik aku. Kalo ada apa-apa kamu bisa minta bantuan dia,” kata Bom sembari menunjuk ke arah kamar Minzy. “kamar aku di koridor sebelah. Di koridor sebelah ada kamar aku, CL, dan Dara. Kamu boleh ko main-main ke kamar kita. Aku biasanya rumpi-rumpi gitu sama CL, dan Dara hihi.” Jelas Bom. “yuk, masuk ke kamar kamu.” Kata Bom sembari membuka pintu kamar Hayi.

Hayi takjub melihat ruangan yang katanya “kamarnya”. ‘serius ini kamar aku? Besar banget!’ batin Hayi. Dia mendekati tempat tidurnya, menyentuh tempat tidurnya perlahan. Lalu beranjak ke nakas sebelah tempat tidur yang berhias lampu tidur yang kap lampunya berwarna crème. Kemudian menuju tempat belajarnya. Meja belajarnya besar, bisa menaruh semua perlengkapan menggambarnya. Ada pintu yang menarik perhatiannya. Begitu dibuka, ternyata walking closet yang terhubung langsung dengan kamar mandinya. Sangat besar dan rapi. Kamarnya didominasi dengan warna pastel.

“gimana? Bagus, kan? Yang nge-design furniture-nya GD. Walaupun GD fashion designer, tapi dia juga bisa loooh nge-design furniture-nya. Yang ngasih ide konsep kamarnya CL, Dara, aku, Minzy. Kamu suka, kan? Semoga kamu betah yaaaaa,” kata Bom sembari tersenyum ramah pada Hayi.

“wah! Kamsahamnida, eonnie! Aku suka kamarnyaaaa,” kata Hayi senang. “hmmm… kamu mau liat-liat rumah ini ngga? Aku jadi tour guide-nya. Banyak banget ruangan yang mungkin bakal kamu suka hihi. Oh, apa kamu mau istirahat dulu? Aku sih terserah kamu aja. Gimana?” Tanya Bom.

“aku istirahat dulu aja, eonnie. Aku mau bersih-bersih dulu, mau menata barang-barang aku. Mungkin setelah itu aku mau liat-liat rumah ini. Aku penasaran hihi,” kata Hayi sembari tersenyum. “ne. yasudah kalo gitu. Istirahat aja kamu. Mau aku bantu?” Tanya Bom. “ngga usah, eonnie. Aku bisa sendiri ko hehe,” sanggah Hayi.

“kalo kamu udah siap buat tour-nya, cari aku di ruang keluarga yaaaa. Eh kamu inget ngga ruang keluarga dimana?” Tanya Bom, dan Hayi menggeleng. Pertanda Hayi lupa. Memang, rumahnya besar dan luas sekali. “hmmm, gini aja. Aku kasih nomer aku. Kalo kamu udah siap, kamu SMS aku aja. Nanti aku jemput di ujung koridor ini. Oke?”  Bom memastikan, Hayi hanya mengangguk.

Setelah bertukar nomer ponsel masing-masing. Bom keluar kamar Hayi dan menuju ruang keluarga untuk meneruskan membaca majalah-majalahnya. Hayi langsung menata barang-barangnya. Dari mulai baju yang disusun rapi sesuai warna, sepatu-sepatu yang disusun rapi (hanya 3 sepatu yang Hayi punya, termasuk yang sedang dipakai), peralatan menggambarnya, dan tak lupa menaruh bingkai foto yang berisi foto dirinya bersama ayah dan ibunya. ‘yah, ma, rasanya aku sudah kangen sama kalian. Kaya udah 10 tahun ngga ketemu…’ batin Hayi sambil mengelus-elus fotonya.

Setelah menata semua barang-barangnya selesai, Hayi menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Sampai saat ini Hayi masih belum bisa mempercayai apa yang sudah terjadi pada dirinya beberapa jam ini. Pergi dengan orang yang baru dikenalnya, tinggal di rumah yang super besar, bertemu dengan orang-orang baru, punya kamar sebagus ini. ‘huh…aku mimpi ngga, sih?’ batin Hayi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar